INFO-TARGET.COM | JAKARTA – Kepolisian mulai mengungkap benang merah di balik kasus penyekapan dan penyiksaan terhadap empat orang di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Akar masalahnya ternyata berasal dari sengketa transaksi over kredit mobil Toyota Alphard yang berujung pada aksi kekerasan brutal.
Kasus ini mencuat setelah salah satu korban, Dessi Juwita, berhasil melarikan diri pada Senin (13/10/2025), usai dua hari disekap sejak Sabtu (11/10/2025). Laporan Dessi ke Polda Metro Jaya membuka tabir dugaan penculikan yang melibatkan sembilan pelaku dengan peran berbeda.
SENGKETA ALPHARD YANG BERUAKHIR PETAKA
Kisah bermula dari kesepakatan over kredit antara Adrian (41) dan Nunung (52). Mobil Alphard milik istri Adrian dialihkan kepada Nunung, namun pembayaran tidak dilakukan penuh — hanya Rp 75 juta dari total utang sekitar Rp 475 juta.
Masalah memuncak ketika Nunung diam-diam menjual mobil tersebut kepada pihak lain. Merasa dirugikan, Adrian pun menuntut pertanggungjawaban, namun tidak menemukan titik terang. Emosi memuncak, Adrian menculik dan menyekap Nunung selama hampir tiga pekan untuk mengorek informasi soal keberadaan mobil itu.
Dalam tekanan, Nunung mengaku mobil sudah berpindah tangan kepada Indra alias Riky. Ia pun berusaha menghubungi Indra dan bahkan meminta pengembalian uang muka sebesar Rp 49 juta.
EMPAT ORANG DICULIK DAN DISEKAP
Upaya pertemuan untuk menyelesaikan persoalan justru berujung malapetaka. Pada Sabtu malam (11/10/2025), Indra bersama Dessi Juwita, Nurul alias Ibenk, dan Ajit Abdul Majid mendatangi sebuah angkringan di Jagakarsa, Jakarta Selatan, untuk bertemu Nunung.
Namun, sesampainya di lokasi, keempatnya justru diculik oleh kelompok Adrian dan dibawa ke rumah milik MA (39) di Pondok Aren. Ironisnya, Nunung yang semula menjadi biang masalah juga turut disekap karena dianggap belum menyelesaikan persoalan dengan Adrian.
“Betul, sebenarnya si N (Nunung) yang bermasalah, tapi dia juga menjadi korban. Sudah hampir tiga minggu disekap,” ujar Kompol I Kadek Dwi, Kanit 3 Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Dalam penyekapan, Indra akhirnya mengaku bahwa mobil Alphard telah dijual lagi ke pihak lain. Hingga kini, kendaraan tersebut belum ditemukan.
PELAKU DAN PERAN MASING-MASING
Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Ade Ary Syam Indradi menjelaskan, sembilan pelaku memiliki peran beragam dalam aksi ini:
-
Adrian (41): otak utama, perencana, eksekutor, penyedia mobil, dan pelaku pemerasan.
-
Nunung (52): memancing korban datang serta ikut memeras.
-
VS (33): menyuruh pelaku lain merekam penyiksaan dan menjaga korban.
-
HJE (25): turut melakukan kekerasan fisik.
-
S (35): eksekutor dan penyedia rumah.
-
APN (25): merekam aksi penyiksaan dan membantu membawa korban.
-
Z (34): pelaku pemukulan.
-
I: koordinator lapangan dan penyedia mobil.
-
MA (39): pemilik rumah tempat penyekapan.
Selama penyekapan, tiga korban pria mengalami penganiayaan bergantian. Hanya Dessi Juwita yang berhasil kabur dan menjadi kunci pengungkapan kasus ini.
PENYELIDIKAN BERLANJUT
Polisi masih menelusuri keberadaan mobil Alphard yang menjadi sumber konflik. Kasus ini kini dikembangkan untuk mengungkap kemungkinan keterlibatan pihak lain dan jaringan perdagangan kendaraan yang lebih luas.
“Fokus kami sekarang memastikan seluruh pelaku tertangkap dan korban mendapat perlindungan penuh,” tegas Brigjen Ade Ary.