BANJIR BESAR MELANDA BALI, BELASAN WARGA MENINGGAL DAN RATUSAN MENGUNGSI

INFO-TARGET.COM | BALI – Pulau Bali tengah menghadapi bencana banjir terparah dalam satu dekade terakhir. Hujan ekstrem yang mengguyur sejak Selasa malam (9/9/2025) menyebabkan genangan luas, longsor, hingga kerusakan bangunan di berbagai wilayah.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, hingga Kamis siang (11/9/2025), sebanyak 14 orang dinyatakan meninggal dunia dan 2 orang masih dalam pencarian. Sementara itu, lebih dari 562 warga terpaksa mengungsi akibat rumah mereka terendam air dan tidak lagi layak huni.

Denpasar menjadi wilayah paling parah terdampak, dengan 81 titik banjir yang membuat aktivitas kota lumpuh. Selain itu, banjir juga melanda Gianyar, Badung, Tabanan, Karangasem, Jembrana, serta Klungkung. Tak hanya banjir, hujan deras turut memicu longsor di sejumlah lokasi, di antaranya 12 titik di Karangasem, 5 titik di Gianyar, dan 1 titik di Badung.

Gubernur Bali, I Wayan Koster, telah menetapkan status tanggap darurat untuk empat daerah utama terdampak, yakni Denpasar, Jembrana, Gianyar, dan Badung. “Hujan kali ini sangat ekstrem, bahkan menurut warga setempat sudah lebih dari 70 tahun tidak pernah terjadi hujan sebesar ini. Pemerintah segera menyiapkan anggaran darurat dan langkah percepatan penanganan,” ujarnya.

Kepala BNPB, Suharyanto, yang turun langsung ke Denpasar pada Rabu malam, menjelaskan bahwa fenomena atmosfer berupa gelombang Rossby dan Kelvin menjadi pemicu utama curah hujan ekstrem di Bali. Presiden Prabowo Subianto juga menginstruksikan agar pencarian korban dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dilakukan secepat mungkin.

Data BNPB mencatat total 659 jiwa terdampak langsung, dengan 474 unit bangunan rusak, mayoritas berupa kios dan ruko di kawasan perdagangan. Kerugian materi ditaksir mencapai Rp25,5 miliar.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem masih berpotensi berlangsung hingga akhir pekan. Analisis menunjukkan, hujan yang mengguyur Bali masuk kategori lebat hingga ekstrem, di atas 150 milimeter per hari.

Warga berjalan di pinggir sungai yang berdekatan dengan bangunan toko dan rumah yang amblas akibat banjir di Denpasar, Bali, Kamis (11/9/2025).

Selain faktor cuaca, para pengamat lingkungan menilai kerusakan tata ruang dan alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab semakin rentannya Bali terhadap banjir. Direktur WALHI Bali, Made Krisna Dinata, menegaskan bahwa berkurangnya lahan pertanian dan hilangnya fungsi subak memperburuk daya serap air. “Alih fungsi lahan sawah menjadi bangunan dan akomodasi pariwisata membuat sistem hidrologis alami terganggu. Akibatnya, air tidak tertampung dengan baik dan menimbulkan banjir besar,” jelasnya.

Ia mendesak pemerintah daerah segera melakukan pemulihan lingkungan dan menghentikan proyek pembangunan skala besar yang berpotensi mengorbankan lahan produktif, termasuk rencana Jalan Tol Gilimanuk–Mengwi serta akomodasi wisata masif di kawasan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan).

Bencana ini menjadi pengingat serius bahwa Pulau Dewata perlu memperkuat tata kelola lingkungan, memperbaiki tata ruang, serta mengembalikan fungsi kawasan hijau agar bencana serupa tidak kembali terulang. Ida Ayu (Dayu) 

Array
Related posts
error: Content is protected !!