INFO-TARGET.COM | SUMEDANG – Di tengah hiruk-pikuk persiapan perayaan kemerdekaan, satu kabar mengalun pelan namun cukup untuk memantik rasa ingin tahu. Sebuah lomba membaca ayat suci Al-Qur’an bagi para jurnalis Sumedang, yang digagas BAZNAS Sumedang untuk memperingati HUT RI ke-80, tiba-tiba menjadi bahan perbincangan. Alasannya: peserta hanya dibatasi 17 orang.
Isu “tertutup” pun berembus, mengundang tanya di kalangan insan pers. Namun Ketua BAZNAS Sumedang, H. Ayi Subhan Hafas, S.H., M.M., memilih menjawabnya dengan senyum tenang, bukan nada gusar. “Tidak ada maksud untuk menutup diri atau membatasi niat baik siapa pun. Ini murni ide spontan yang lahir dari obrolan di warung kopi,” ujarnya, membuka klarifikasi.
Ayi lalu memutar kembali cerita awal. Saat itu, seorang wartawan mengusulkan lomba untuk para santri. Alih-alih sekadar mengangguk, ia justru melempar tantangan: “Bagaimana kalau wartawannya saja yang ikut mengaji?” Tawa yang mengiringi tantangan itu berubah menjadi kesepakatan diam-diam, dan beberapa hari kemudian, ide itu menjelma menjadi kenyataan.
Bagi Ayi, pembatasan 17 peserta sama sekali bukan bentuk eksklusivitas, melainkan simbol. “Tanggal 17 Agustus adalah hari bersejarah, maka peserta dibatasi 17 orang. Surah At-Takatsur yang dibaca berisi delapan ayat — simbol bulan kedelapan. Hadiah Rp 4,5 juta melambangkan tahun 1945. Semua ini untuk memperkuat nuansa peringatan, bukan membatasi kesempatan,” tegasnya.
Meski begitu, ia tak menutup mata bahwa ada kekecewaan di luar sana. Karena itu, ia berjanji, ke depan BAZNAS akan menggelar lomba Islami lainnya — seperti adzan dan sholawatan — yang terbuka bagi semua jurnalis Sumedang, tanpa kecuali.
Menutup penjelasannya, Ayi justru memandang riak yang muncul sebagai pertanda baik. “Artinya, semangat religius wartawan kita luar biasa. Mereka ingin terlibat, ingin ikut memuliakan Al-Qur’an. Dan itu patut kita banggakan,” ucapnya, masih dengan senyum yang sama sejak awal.
Dari meja kayu di warung kopi hingga panggung lomba, kisah ini mengingatkan bahwa kemerdekaan tak hanya dirayakan dengan bendera dan parade, tetapi juga dengan suara hati yang melantunkan firman Tuhan — merdeka lahir, merdeka batin.
Timred Sumedang